Sabtu 25/6/2016, Front Mahasiswa
Nasional (FMN) Kota Kupang bersama Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) STIKOM
UYELINDO Kupang menggelar diskusi terbuka dengan tema “Konsolidasi Gerakan
Mahasiswa Dalam Menuntaskan Persoalan Human Trafficking Di NTT”.
Diskusi terbuka tersebut menghadirkan Iweng
selaku Ketua Keluarga Besar Buruh Mirgan Indonesia (KABAR BUMI) dan Ino Naitio
ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Kota Kupang, serta dimoderatori
oleh Adrianus Laba selaku Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) STIKOM
UYELINDO Kupang. Diskusi tersebut dihadiri oleh puluhan organisasi
kemahasiswaan di Kota Kupang.
Iweng, ketua KABAR BUMI menjelaskan
materi tentang sejarah migrasi di Indonesia, faktor utama yang menyebabkan
terjadinya migrasi di Indonesia, persoalan-persoalan yang dihadapi oleh buruh
migran Indonesia, hingga persoalan human trafficking.
Iweng mengatakan bahwa migrasi yang
terjadi di Indonesia bukanlah migrasi yang terjadi secara sukarela, tetapi
migrasi yang terjadi karena terpaksa. “Berdasarkan sejarah, migrasi yang
terjadi di Indonesia, karena terpaksa bukan karena secara sukarela. Faktor utama
yang menyebabkan migrasi adalah masalah ekonomi”.
“Kita harus memeriksa secara mendalam
keadaan alam, ekonomi, dan sosial yang menjadi faktor utama yang mendorong
terjadinya migrasi dan tingginya kasus human trafficking di NTT. Hanya dengan
demikian kita mengetahui dengan jelas faktor apa yang mendorong terjadi migrasi
dan tingginya kasus human trafficking di NTT” jelasnya.
Iweng juga menjelaskan tentang berbagai
persoalan yang menjadi tuntutan utama perjuangan buruh migran Indonesia,
seperti ; masalah pengurusan dokumen secara mandiri dan tidak harus melalui
PJTKI, biaya penempatan kerja yang berlebihan (over charging), hingga persoalan
korban koreksi data/pasport yang sedang di alami oleh beberapa BMI di Hongkong
yang sedang diadvokasi oleh KABAR BUMI.
Khusus tentang persoalan human
trafficking, Iweng menjelaskan bahwa berdasarkan data pemerintah, kasus human
trafficking di NTT mencapai angka 7.500 kasus setahun. “ini aneh, NTT tidak
termasuk 10 daerah pemasok BMI terbesar, tetapi berada pada urutan pertama kasus
human trafficking dari Indonesia” jelasnya.
Ia juga mendambahkan bahwa ini adalah
tugas dari organisasi gerakan di NTT, khususnya gerakan mahasiswa untuk
melakukan penelitian/investigasi secara mendalam faktor yang menjadi penyebab
utama mengapa kasus human trafficking sangat tinggi di NTT.
Sementara Ino, Ketua FMN Cabang Kota
Kupang menjelaskan tentang hubungan antara pemuda mahasiswa dan persoalan buruh
migran Indonesia. “mengapa pemuda mahasiswa harus berbicara tentang persoalan
buruh migran dan kasus human trafficking. Berbicara tentang persoalan buruh
migran sebenarnya kita juga berbicara tentang persoalan pemuda mahasiswa. Bahwa
persoalan buruh migran dan pemuda mahasiswa sama-sama lahir dari masalah
ekonomi sebagai akibat dari adanya ketimpangan penguasaan dan sumber-sumber
agraria di Indonesia, khususnya di NTT” jelasnya.
Ino juga menambahkan bahwa kampus
seharusnya menjadi laboratorium untuk membedah dan mencari solusi atas
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh rakyat. “Kualitas pendidikan seharusnya
di ukur dari bagaimana pendidikan mampu menyelesaikan berbagai persoalan
rakyat, termasuk persoalan human trafficking” tegasnya.
Peserta diskusi menyambut baik diskusi
terbuka tersebut dan mendorong untuk segera dilakukannya upaya kongkret dalam
menyelesaikan berbagai persoalan human trafficking di NTT. “Kami mengusulkan
untuk segera menyelesaikan berbagai persoalan human trafficking di NTT dimulai
dari kasus yang dialami oleh Dolfina” tegas Lia Kopong Ketua Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Universitas Widya Mandira yang juga merupakan
anggota Komunitas Peduli Peradilan Bersih (KP2B).
Menanggapi tawaran tersebut, peserta
diskusi bersepakat untuk mengadakan diskusi lanjutan yang akan kembali membedah
secara mendalam persoalan human trafficking di NTT.
Diskusi juga diselingi dengan pemutaran
film dokumenter dengan judul “Erwiana : Justice for All” yang mengisahkan
perjuangan BMI di Hongkong terkait dengan tindak kekerasan yang dialami oleh
Erwiana oleh majikannya di Hongkong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar