Jumat, 08 April 2016

Tentang FMN


Front Mahasiswa Nasionaa (FMN) merupakan Ormass mahasiswa yang anti imperialisme, feodalisme dan kapitalis birokrat. FMN sebagai ormass mahasiswa di kampus, mempunyai tugas untuk membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakkan mahasiswa agar terlibat aktif dalam perjuangan massa. Sebagai organisasi mahasiswa di kampus, FMN mempunyai peran dalam memperjuangkan kebudayaan yang maju yakni mewujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat. Di sisi lain, FMN juga memperjuangkan pemuda mahasiswa sebagai tenaga produktif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di dalam bekerja. FMN sebagai ormass legal demokratik yang berada di perkotaan dengan melancarkan perjuangan demokrasi nasional, akan selalu didorong untuk bertalian erat dengan gerakan rakyat.
FMN pun telah mengalami perkembangan dialektika dalam mengembangkan organisasi menjadi alat perjuangan mahasiswa di dalam kampus. Segala Capaian dan hambatan tentu telah dihadapi seluruh jajaran organisasi.Bagi dunia ormass mahasiswa di tanah air, FMN termasuk umur yang masih dini yang perlu banyak belajar teori-teori dan praktek maju di dalam berjuang.Banyak organisasi-organisasi mahasiswa yang telah berdiri sebelum dan sesudah FMN didirikan, namun dengan segala kerendahan hati harus diakui bahwa FMN menjadi ormass mahasiswa yang satu-satunya mempunyai cita-cita mulia atas perubahan masyarakat Indonesia. Jelas, bahwa itu didasari atas keteguhan FMN memegang garis demokrasi nasional sebagai dasar berjuang untuk membebaskan pemuda mahasiswa dan rakyat Indonesia agar keluar dari kungkungan imperialisme AS dan feodalisme.

Sejarah FMN
1.         Fase membangun embrio gerakan mahasiswa skala nasional
Akhir tahun 80-an, setelah kelompok studi tidak mampu lagi menjadi wadah yang efektif untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan melawan rezim tirani Soeharto, para mahasiswa yang berpikir patriotis dan demokratis kemudian mentransformasikan bentuk organisasinya dan berhimpun dalam wadah serikat-serikat mahasiswa. Akhir tahun 80-an hingga awal tahun 90-an adalah masa dimana serikat-serikat mahasiswa muncul sebagai alternatif bentuk organisasi yang maju pada waktu itu.
Dalam skala nasional tercatat, beberapa organisasi mahasiswa pernah terbentuk waktu itu, diantaranya adalah Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang muncul dengan identitas nasionalnya. Namun, umur kedua organsiasi ini tidak bertahan lama seiring dengan dialektikanya. Di luar konsolidasi organisasi nasional tersebut, masih banyak berkembang organisasi gerakan mahasiswa tingkat lokal ataupun kampus seperti gerakan-gerakan pro demokrasi. Organisasi yang berkembang dan di luar konsolidasi FAMI dan SMID inilah, beberapa diantaranya kemudian membentuk jaringan nasional pada tahun 1995. Jaringan nasional inilah yang merupakan embrio dari terbentuknya pokja Forum Mahasiswa Nasional.
Dengn tindasan rezim Soeharto yang semakin fasis, organisasi-organisasi mahasiswa masih mengalami hambatan untuk mengembangkan organisasinya.Sementara itu, jaringan-jaringan organisasi mahasiswa di kampus selain dipandang cocok dengan situasi mengorganisir mahasiswa, tapi juga sekaligus rakyat. Untuk perjuangan dan kampanye terbukanya, dibentuklah komite-komite aksi. Komite-komite aksi mahasiswa inilah, harus diakui, merekalah yang mengambil peranan memperjuangkan kepentingan mahasiswa di kampus dan rakyat secara luas, bahkan menggulingkan rezim otoriter Soeharto. Dapat kita lihat dengan letupan–letupan perjuangan massa yang terjadi di beberapa daerah, seperti aksi anti kenaikan biaya angkot yang berujung pada tewasnya 2 mahasiswa di Makassar tahun 1996, di Bandung dan Jakarta aksi Golput pada pemilu 1997, aksi anti SDSB, aksi anti Suharto di Jerman,[1] dan berbagai aksi rakyat lainnya seperti pemogokkan buruh, anti penggusuran, aksi solidaritas petani Kedung Ombo, dan lain sebagainya.
Di bawah bayang-bayang rezim militeristik Soeharto, kemudian terbangun kesadaran akan pentingnya alat perjuangan mahasiswa berskala nansional. Serikat–serikat mahasiswa di berbagai kota kemudian menjalin kontak dan meningkatkan pembicaraan untuk membangun organisasi mahasiswa nasional. Dimulai dari pertemuan–pertemuan informal, diskusi antara pimpinan serikat, aksi bersama, dan serangkaian kegiataan bersama. Hingga pada akhirnya tahun 1997 lahirlah nama Forum Mahasiswa Nasional (FMN) sebagai identitas dari pokja yang dibangun.

2.         Fase Menghimpun Kekuatan untuk Berjaringan (1997-1998)
Tahun 1997 merupakan tahun bersejarah bagi FMN. Pada tahun ini, di Bandung berkumpul perwakilan komite aksi mahasiswa dari lima kota, yaitu dari Bandung, Yogyakarta, Malang, Jombang dan Surabaya. Dari lima kota inilah, kemudian lahir kesepakatan untuk membentuk sebuah jaringan nasional gerakan mahasiswa yang kemudian disebut dengan Forum Mahasiswa Nasional (FMN). Ditunjuk Zulkarnaen dari Bandung sebagai koordinator FMN. Program yang dibuat waktu itu masih sebatas bagaimana membuat kurikulum pendidikan bersama, komunikasi antar kota dalam hal pendidikan kader, serta mengajak komite aksi dari kota lain untuk bergabung dalam FMN.
Pada masa ini FMN secara hakekat masih sebatas jaringan antar kota. Masih sebatas forum komunikasi. Belum mempunyai kesamaan garis politik. Selain itu, kepemimpinan organisasi yang dibentuk masih bersifat Pokja yang memimpin di kota-kota sampai yang aktif terlibat menjatuhkan rejim Soeharto. Kota-kota masih menggunakan garis politikmasing-masing. Masih menggunakan identitasnya sendiri-sendiri. Dengan demikian, komite-komite aksi yang tergabung dalam jaringan FMN telah berperan aktif dalam membuka arus demokratisasi di era Soeharto.
Tahun 1998 Koordinator FMN diganti oleh Adul, perwakilan dari Bandung. Usaha menarik kota-kota baru untuk bergabung dalam FMN terus dilakukan. Hasilnya Serikat Mahasiswa Bandar Lampung (SMBL) tahun 1998 bergabung dalam FMN. Kemudian disusul dengan Forum Komunikasi Mahasiswa Mataram (FKMM) kota Mataram pada tahun 1999, Dan Front Mahasiswa untuk Kedaulatan Rakyat (FMKR) Palembang tahun 2000 bergabung dalam FMN. Pokja nasional waktu itu telah berusaha dengan gigih mengembangkan basis jaringan FMN di kampus-kampus.
Kota demi kota bergabung dengan jaringan FMN. Namun, karena tidak adanya mekanisme organisasi yang memberikan ruang demokrasi dalam menilai perkembangan organisasi, terjadi beberapa kemunduran dalam hal pengembangan FMN.Sehingga di tahun 1999, basis jaringan FMN di kota-kota mengundurkan diri. Di tahun ini Serikat Mahasiswa Bandar Lampung (SMBL) dan Serikat Mahasiswa untuk Kedaulatan Rakyat (SMKR) Yogyakarta, Komite Mahasiswa Perjuangan Rakyat (KMPR) Jombang keluar dari jaringan FMN. Sedangkan FORSTEP Malang mengalami perpecahan di internal yng berdampak tidak terkonsolidasinya dalam FMN. Sedangkan beberapa anggota Serikat Mahasiswa untuk Perjuangan Rakyat (SMPR) Surabaya mengundurkan diri dari barisan FMN.

3.         Fase Membangun Kembali Semangat Berorganisasi untuk Maju (2000-2002)
Keadaan organisasi yang mengalami kemunduran di tahun 1999, melahirkan refleksi di banyak organisasi jaringan FMN. Keinginan untuk membangun organisasi nasional sudahmulai tertanam dan menguat dalam diri serikat-serikat di beberapa kota. Tanggal 31 Oktober 2001, di Bandung diadakan pertemuan pokja nasional FMN  yang dihadiri oleh tujuh kota, yaitu : Lampung, Bandung, Yogyakarta, Solo, Jombang, Surabaya, dan Malang. Palembang dan Mataram tidak dapat hadir dalam pertemuan ini. Dari pertemuan ini ditunjuk Willy Aditya sebagai koordinator pokja FMN. Dalam pertemuan ini, sekali lagi ditekankan tentang perlunya membangun kembali organisasi skala nasional, setelah beberapa tahun mengalami stagnansi akibat kemunduran dalam organisasi. Dalam pertemuannya mulai digagas kembali prasyarat organisasi gerakan mahasiswa. Pertemuan ini selangkah lebih maju dari pertemuan-pertemuan sebelumnya karena sudah mulai dirancang prasyarat kuantitas dan kualitas FMN sebagai organisasi gerakan mahasiswa skala nasional.
Tahun 2001, FMN mempunyai jaringan mahasiswa di Solo, Organisasinya bernama Merapi. Namun dalam perjalanannya Merapi ini tidak berkembang, bahkan mengalami banyak kemunduran. Aktifitas organisasinya tidak berjalan, hingga akhirnya Merapi bubar dengan sendirinya. Tahun2001, di Yogyakarta dibuat modul pendidikan pertama nasional untuk mempersiapkan organisasi skala nasional. Modul pendidikan nasional dibuat secara bersama-sama untuk menyamakan pemahaman tentang peran posisi mahasiswa, garis perjuangan, hingga bentuk pengorganisiran dan pengembangan organisasi di semua kota. Modul inilah yang kemudian digunakan secara nasional, menyatukan pemahaman tentang berorganisasi dan berjuang secara nasional.
Selanjutnya di kota yang sama, pada November 2002, diadakan Workshop Pembangunan Organisasi Nasional yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan kota FMN, yaitu Padang, Palembang, Lampung, Bandung, Yogyakarta, Purwokerto, Malang, Surabaya, Jombang, dan Mataram. Workshop diadakan di tengah keinginan yang semakin kuat untuk membangun organisasi massa berskala nasional yang memiliki kepemimpinan dan garis perjuangan yang tegas. Diadakan untuk menyampaikan kegelisahan dari kader-kader di semua kota atas praktek berorganisasi dan berjuang yang telah dijalankan. Di sinilah wacana mempersiapkan FMN menjadi sebuah organisasi massa (ormas) berskala nasional, yang menjadi alat perjuangan legalnya mahasiswa mengemuka. Selanjutnya, berpegang pada hasil workshop, sedikit demi sedikit dilakukan penyamaan langgam kerja dan standar pembangunan organisasi.Hasil workshop menjadi rujukan bagi pembangunan organisasi di kota-kota. Mulai tahun 2002 pula, pengenalan identitas Forum Mahasiswa Nasional di seluruh jaringan kota-kota dilakukan. Pengenalan simbol dan identitas ini memang tidak terjadi secara merata, namun secara bertahap dimulai dari organisasi tingkat Kota dengan nama Komite Kota.
Tetapi, di tengah semangat untuk merapatkan barisan dalam satu kepemimpinan, ternyata ide-ide maju tersebut masih mendapatkan ganjalan. Di Bandung, terjadi perpecahan organisasi tingkat kampus, yaitu KA-Unpad. Mereka yang memilih berada keluar dan menyatakan membubarkan KA-Unpad (walaupun tidak berhasil), dan sisanya adalah yang bahwa KA-Unpad adalah organisasi yang harus tetap eksis yang kemudian dipengaruhi oleh alumni. Berbagai macam alasan dikemukakan diantaranya bahwa FMN menjalankan prinsip Sendem yang diterapkan adalah Sentralisme “Diem-diem”, serta beberapa tudingan yang tidak diselesaikan dalam forum-forum resmi.

4.         Fase Bersatu dalam Satu Barisan (Mei-Desember 2003)
Kongres Pendirian atau Founding Kongres FMN tanggal 18 Mei 2003, di Balai Rakyat Utan Kayu Jakarta yang merupakan satu tonggak kemajuan gagasan, dimana semangat perjuangan nasional mulai dipatri dalam diri anggota-anggota FMN[2]. Tidak ada lagi perjuangan yang bersifat berjejaring dan terpecah-pecah.Seluruh komponen organisasi menyadari bahwasanya perjuangan mahasiswa skala nasional adalah kunci atas jawaban dari kebuntuan pergerakan mahasiswa selama itu.
Inilah sumbangsih terbesar Pengurus Komite Pusat FMN saat itu yang harus dihargai.   Kolektif Komite Pusat FMN telah mengakhiri sekian banyak konsolidasi organisasi menjadi satu titik puncak, yaitu dideklarasikanya FMN sebagai organisasi massa mahasiswa yang bersifat terbuka bagi seluruh massa mahasiswa Indonesia. Kepeloporan ide dan kepemimpinan yang dibentuk waktu itu, mampu menangkap satu keresahan dikalangan anggota. Sebanyak 700 anggota FMN dari berbagai kota hadir dalam Kongres Pendirian organisasinya dan kemudian 740 orang anggota mengikuti aksi Nasional perdana FMN di Jakarta, di tempat pimpinan pusatnya berada. Seluruh tenaga, pikiran  dicurahkan oleh seluruh anggota FMN. Bahu-membahu dari seluruh kota untuk mampu mewujudkan satu keinginan membangun organisasi massa mahasiswa berskala nasional. Betapa progresif dan patriotiknya anggota dan kesadaran yang bergelora mendapatkan organisasi yang mereka tunggu.
Pada Founding Kongres itulah, semua level organisasi dilebur dalam satu identitas Front Mahasiswa Nasional, tidak ada lagi Forum Mahasiswa Nasional, tidak ada lagi FMKR Palembang, SMBL di Lampung, FIM Bandung, KIBLAT Yogya, KMPR Jombang, SMPR Surabaya, SAMUDRA Malang, maupun FKMM di Mataram. Semua menggunakan satu identitas organisasi dan berada di bawah kepemimpinan yang sama, yaitu Komite Pimpinan Pusat FMN.
Dideklarasikannya FMN sebagai ormas skala nasional, berarti pula merubah bentuk organisasi serta langgam organisasi.Tidak lagi menggunakan langgam semi legal seperti yang dulu pernah digunakan.Hubungan mahasiswa dengan pemuda dalam “satu kamar” yang dulu melekat pada langgam FMN mulai ditata dan dirapikan. Sudah tidak ada lagi langgam “satu kamar” pemuda dan mahasiswa. Sejak Founding Kongres FMN, yang ada adalah bertemunya program perjuangan FMN dengan organisasi yang lainnya, yaitu program FMN untuk menarik dukungan dari sebanyak-banyaknya organisasi ataupun individu dalam perjuangannya, serta program solidaritas atau dukungan terhadap perjuangan rakyat, dari mulai buruh, tani, kum miskin kota, perempuan, dan rakyat tertindas lainnya di Indonesia.
Pasca Founding Kongres semua anggota bersemangat, bergairah dan bangga terhadap organisasinya. Anggota FMN terus bertambah, basis semakin meluas, di Jakarta, Jambi dan  Lamongan telah berkibar bendera FMN. Semangat ini dirasakan diseluruh Kota FMN.Dalam perkembangannya, dilaksanakan Rakernas I FMN dengan agenda besar membahas tentang penyusunan mekanisme-mekanisme di dalam organisasi FMN. Kemudian pada Rakernas II FMN yang merupakan media sementara dalam aturan organisasi yang lama digunakan sebagai bertemunya pimpinan-pimpinan kota FMN dengan komite pusat FMN untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan program di setiap level organisasi. Akan tetapi, Rakernas II FMN menjadi klimaks dan berubah fungsinya karena sekali lagi belum tersusunnya secara rapi tetang mekanisme organisasi. Beberapa keputusan penting dilahirkan seperti; pendemisioneran KP FMN  karena tidak dapat berfungsi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian dalam Rakernas II membentuk Badan Persiapan Kongres FMN (BPK FMN) sebagai pengganti KP FMN.

5.    Fase Ayo Maju, Membangun Organisasi Massa Mahasiswa  Demnas sebagai Alat Perjuanganya Mahasiswa
a.         Kongres I
Kongres I FMN merupakan momentum bersejarah yang akan selalu dikenang oleh seluruh anggota. Momentum bersejarah ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2004 di Metro, Bandar Lampung. Lebih dari 200 orang utusan dari berbagai daerah ambil bagian untuk membantu mengelaborasikan pengalaman praktek di setiap kota cabang FMN. Beberapa agenda penting dibahas dalam Kongres, diantaranya : LPJ Komite Pusat, LPJ Badan Persiapan Kongres (BPK), pandangan umum cabang-cabang, Perumusan program perjuangan dan AD/ART FMN, pemilihan Pimpinan Pusat beserta DPP FMN. Meskipun terdapat bebererapa pandangan yang berbeda di dalam forum Kongres, namun kesatuan menentukan garis perjuangan Demokratis Nasional menggema menginspirasi semangat didirikannya FMN sebagai alat perjuangan pemuda mahasiswa. Dalam Kongres ini dipilih komite pimpinan pusat baru yang akan memimpin organisasi secara nasional selama 2 tahun menuju Kongres selanjutnya, dimana Hersa Krisna Muslim ditunjuk sebagai Ketua FMN dan Seto Prawono ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal. Kepengurusan baru dengan formasi badan pimpinan baru yang membawa semangat baru FMN.
Dalam Kongres I ini seluruh peserta kongres semakin memperterang dan menguatkan bahwa Garis Perjuangan Demokratis Nasional merupakan tesis masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal yang telah memberikan semangat perjuangan yang lebih jelas bagi arah perjuangan organisasi, meskipun wacana soal garis ini teramat asing di tengah-tengah gerakan pada waktu itu. Salah satu program dari hasil kongres ialah mengamanatkan koferensi pendidikan FMN. Konferensi kemudian berlangsung selama 5 hari di Palembang telah menghasilkan kurikulum baku pendidikan FMN dengan tahapan Pendidikan Penerimaan Anggota (PPA), Pendidikan Dasar Organisasi (PDO), dan Pendidikan Kepemimpinan Organisasi (PKO). Pendidikan dipahami sebagai pondasi tegakknya organisasi telah dilengkapi dengan kurikulumnya.
Pada periode ini pula FMN intensif untuk menjalin komunikasi dengan gerakan rakyat di Internasional. Tahun 2005 FMN menghadiri pertemuan ILPS di Hongkong pada saat momentum kampanye anti WTO yang tetap terbangungun sampai sekarang hubungan sampai sekarang. Dalam pertemuan ini juga FMN mengklarifikasi beberapa komunikasi yang tidak terjalin dengan baik yang sempat menyebabkan subjektivitas kawan-kawan gerakan Internasional terhadap FMN. Pada momentum yang penuh semarak perjuangan anti imperialisme, FMN resmi menjadi salah satu member ILPS di Indonesia, selain GRI, dan PERPENI. Selain itu komunikasi juga mulai terjalin baik dengan kawan-kawan Asiant Student Asociation (ASA). Pada masa ini tercatat, kemajuan organisasi mengembangkan ekspansi dengan berdirinya FMN di Cabang Medan dan Denpasar.

b.        Kongres Nasional II
Kongres II FMN dilaksanakan pada bulan Agustus 2006, di Kota Lembang, Bandung – Jawa Barat dengan tema “Pertahankan dan Kembangkan keberhasilan yang diraih, Perbaiki Kesalahan serta Kekuarangan untuk Memajukan Perjuangan Massa”. Di isi dengan Pandangan LPJ DPP FMN, Pembuatan Program dan Pemilihan DPP FMN. Gerakan Pembetulan sekali lagi di deklarasikan untuk memperbaiki metode kerja organisasi, dimana semangat memajukan teori dan praktek, Bertalian erat dengan massa, serta menjalankan Kritik Oto Kritik bisa menjadi bagian dari keseharian anggota FMN di seluruh nasional. Pada akhirnya Kongres II ini menghasilkan resolusi-resolusi tentang pekerjaan politik dan Organisasi, program perjuangan, konstitusi, dan kepengurusan DPP FMN. Pada Kongres II ini, bendera FMN dengan dasar merah dengan bintang warna emas 5 buah yang salah satunya bintang besar ditengah-tengah diganti dengan bendera warna dasar putih dengan tulisan FMN warna merah miring menuju ke satu bintang emas. pimpinan pusat dengan fomasi baru dimana Ridwan Lukman terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pada waktu itu.
Di tengah kepengurusan komite pimpinan pusat yang baru ini beberapa kemajuan diperoleh. Diantaranya berdirinya FMN di Pontianak, Makasar, Bojonegoro, Manado dan Bangka Belitung. Pada peiode ini beberapa kolektif DPP dan CA DPP FMN mengambil pilihan berani dengan menerjunkan dirinya di gerakan rakyat, dari 27 Anggota sebanyak 12 orang terjun membangun organisasi rakyat. Sebuah keberanian yang patut menjadi suri tauladan bagi kemajuan perjuangan demokratis nasional di Indonesia. Pada pleno V Jogjakarta Sekretaris Jenderal FMN digantikan oleh Nurshohib Anshary dengan formasi pimpinan pusat yang berubah juga. Dibawah kepemimpinan komite baru ini roda perjalanan organisasi sampai pada terlaksananya Kongres III FMN di Mataram.

c.         Kongres Nasional III
Kongres yang ke 3 FMN dilaksanakan di Mataram – NTB pada Maret 2009. Semangat baru dengan tema “Tegakkan Perjuangan Pemuda Mahasiswa Untuk Menyokong Sepenuhnya Perjuangan Buruh dan Tani dengan Memperkuat, Memperbesar Organisasi serta Memperluas Pengaruh Politik di Tengah Massa”. Dihadiri oleh 20 Perwakilan cabang di seluruh Indonesia (Medan, Jambi, Palembang, Lampung, Bangka Belitung, Jakarta, Bandung, Purwokerto, Jogjakarta, Wonosobo, Surabaya, Jombang, Malang, Denpasar, Mataram, Lombok Timur, Makasar, Palu, Manado, dan Pontianak). Pada kesempatan ini dipilih formasi DPP baru yang selanjutnya memilih Nurshohib Anshary sebagai Koordinator DPP FMN dan juga Sekretaris Jenderal PP FMN. Namun dalam rapat Pleno DPP IV di Bandung tahun 2010, pergantian Sekretaris jenderal dari Nurshohib Anshary ke Harry Sandy Ame. Sementara Agenda dalam Kongres III ini adalah LPJ DPP Periode yang terpilih Kongres II, menetapkan program perjuangan (politik dan organisasi), serta memilih DPP FMN.

d.        Kongres IV
Kongres IV FMN dilaksanakan pada bulan Maret 2014 yang diadakan di Jakarta. Melalui tema “ Betulkan cara kerja dan intensifkan kerja massa untuk memperkuat organisasi sebagai alat perjuangan massa mahasiswa (bersama rakyat)”. Tema ini diambil dari penilaian perkembangan FMN kurun waktu 2009-2014 yang dituntut untuk menjadi ormass mahasiswa demokrasi nasional yang mampu menjadi alat perjuangan mahasiswa di kampus. Sebagai ormass mahasiswa, selayaknya FMN mampu menjalankan tugas-tugas mengorganisasikan, membangkitkan dan menggerakan massa mahasiswa dalam hal memperjuangkan hak-hak demokratis atas pendidikan dan lapangan kerja. Di sisi lain, Kongres IV menegaskan kedudukan ormass mahasiswa FMN yang akan memegang prinsip persatuan untuk bertalian erat dengan perjuangan rakyat terutama aliansi dasar buruh dan tani.
FMN juga dalam kongres IV ini, dituntut untuk dapat menjadi Ormass mahasiswa dengan garis perjuangan demokrasi nasional yang mampu membetulkan cara atau metode kerja dengan menyesuaikan perkembangan organisasi dan terutama dengan perkembangan massa mahasiswa di Indonesia (segaris massa). Sebab perjuangan demokrasi nasional akan tegak dan besar di kampus, bilamana FMN mampu mengkorelasikan pengorganisiran dengan perkembangan kondisi objektif massa mahasiswa di kampus dan kondisi rakyat, yang memajukan kesadaran setahap demi setahap. Dengan demikian, barulah FMN dapat menjadi ormass mahasiswa yang besar, kuat dan populis di Indonesia.
Kongres IV FMN dihadiri peserta/perwakilan dari 19 cabang (5 Cabang tidak hadir). Dalam Kongres ini yang menjadi agenda pembahasan yakni; LPJ DPP, Penetapan Program perjuangan, penetapan perubahan konstitusi, penetapan perubahan kurikulum pendidikan, serta pemilihan DPP FMN 2014-1016. Setelah Kongres IV selesai, kemudian dilanjut dengan Rapat Pleno I DPP FMN dengan memilih kawan Rachmad P Panjaitan sebagai Ketua dan Badarudin sebagai Sekretaris Jenderal dalam Pimpinan Pusat FMN.

I.         Karakter Ormass Mahasiswa Demnas
Dari sejarah perkembangan rakyat Indonesia, maka FMN menyimpulkan bahwa saat ini rakyat Indonesia berada dalam penindasan setengah jajahan dan setengah feodal (SJSF). Sebagai negeri SJSF, Indonesia berada dalam dominasi Imperialisme dan feodalisme sebagai basis sosial. Persekutuan imperialisme dan feodalisme telah membentuk pemerintahan diktator bersama antara klas borjuis komparador, tuan tanah besar dan kapitalisme birokrat.
Berdasarkan hal itu, maka karakter perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia saat ini adalah Perjuangan Demokratis Nasional.Yaitu perjuangan bersifat demokratis untuk menghancurkan secara politik dan ekonomi serta budaya penindasan Feodalisme. Bersifat Nasional untuk menghancurkan secara politik, ekonomi dan budaya dari penghisapan Imperialisme. Sedangkan Tujuan Perjuangan demokratis nasional adalah perjuangan rakyat Indonesia untuk menghancurkan imperialisme dan feodalisme untuk menciptakan masyarakat di mana tidak ada penekanan atas kemajuan tenaga produktif, sekaligus mengukuhkan identitas kebangsaan yakni identitas masyarakat yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi.

II.      Program Perjuangan FMN[3]
Program Perjuangan adalah program yang dijalankan oleh organisasi sebagai jawaban atas situasi kehidupan pemuda mahasiswa di Indonesia. Kehidupan pemuda mahasiswa yang buruk dan tanpa masa depan akibat sistem masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal di Indonesia saat ini. Negararepublik Indonesia dibawah kekuasaan borjuasi komprador, tuan tanah dan kapitalis birokrat, telah terbukti dalam menghancurkan kehidupan kaum pemuda Indonesia. Masalah pendidikan telah menjadi arena komersialisasi dari klas-klas reaksi dan golangan kapitalis birokrat yang anti rakyat.Tujuan pendidikan telah melenceng jauh dari cita-cita mulianya untuk membebaskan manusia Indonesia dari penjajahan Imperialisme dan Feodalisme yang terbelakang. Namun pendidikan masih ditujukan untuk merawat dan melanggengkan sistem usang setengah jajahan dan setengah feodal yang telah terbukti menindas dan menyengsarakan rakyat Indonesia.
FRONT MAHASISWA NASIONAL (FMN) sebagai salah satu organisasi massa mahasiswa, merumuskan program perjuangan dengan mendasarkan pada persoalan dan kepentingan mahasiswa secara khusus, pemuda dan rakyat Indonesia secara umum. Masalah pendidikan dan lapangan pekerjaan menjadi persoalan utama bagi pemuda mahasiswa saat ini. Oleh karenanya, FMN harus terus melakukan kerja massa dengan membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakan pemuda mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingan sosial ekonomi massa. Namun dalam perjuangan sosial ekonomi, tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan secara politik dan kebudayaan. Program perjuangan FMN meliputi 2 hal yaitu pertama, Program umum yang menjelaskan;

  • FMN ambil bagian aktif untuk memobilisasi pemudamahasiswa dalam perjuangan rakyat, untuk membebaskan diri dari belenggu imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrasi menuju Indonesia yang merdeka dan demokratis sepenuhnya.
  • FMN berjuang dan mengabdi pada kepentingan rakyat, khususnya buruh dan tani sebagai klas dasar dalam menggerakkan dan memimpin perubahan fundamental di Indonesia.
  • FMN bersama rakyat Indonesia memperjuangkan lahirnya sistem pendidikan nasional yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat .

Sedangkan kedua FMN mempunyai Program khusus yang menyangkut perjuangan di lapangan Politik, Ekonomi dan kebudayaan.


[1]Widjojo, Muridan.. Politik di Indonesia (Gerakan Mahasiswa). Pusataka Sinar harapan, Jakarta 1999
[2]JImam Muhlas. Jalan Baru memecah Kebekuan, Front Mahasiswa Nasional. Dian Cipta, Bandung 2014
[3]Lihat: Dokumen Program Perjuangan FMN 2014-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar