Front Mahasiswa Nasionaa (FMN) merupakan Ormass mahasiswa
yang anti imperialisme, feodalisme dan kapitalis birokrat. FMN sebagai ormass
mahasiswa di kampus, mempunyai tugas untuk membangkitkan, mengorganisasikan dan
menggerakkan mahasiswa agar terlibat aktif dalam perjuangan massa. Sebagai
organisasi mahasiswa di kampus, FMN mempunyai peran dalam memperjuangkan
kebudayaan yang maju yakni mewujudkan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan
mengabdi kepada rakyat. Di sisi lain, FMN juga memperjuangkan pemuda mahasiswa
sebagai tenaga produktif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di dalam bekerja.
FMN sebagai ormass legal demokratik yang berada di perkotaan dengan melancarkan
perjuangan demokrasi nasional, akan selalu didorong untuk bertalian erat dengan
gerakan rakyat.
FMN pun telah mengalami perkembangan dialektika dalam
mengembangkan organisasi menjadi alat perjuangan mahasiswa di dalam kampus.
Segala Capaian dan hambatan tentu telah dihadapi seluruh jajaran
organisasi.Bagi dunia ormass mahasiswa di tanah air, FMN termasuk umur yang
masih dini yang perlu banyak belajar teori-teori dan praktek maju di dalam
berjuang.Banyak organisasi-organisasi mahasiswa yang telah berdiri sebelum dan
sesudah FMN didirikan, namun dengan segala kerendahan hati harus diakui bahwa
FMN menjadi ormass mahasiswa yang satu-satunya mempunyai cita-cita mulia atas
perubahan masyarakat Indonesia. Jelas, bahwa itu didasari atas keteguhan FMN memegang garis
demokrasi nasional sebagai dasar berjuang untuk membebaskan pemuda mahasiswa
dan rakyat Indonesia agar keluar dari kungkungan imperialisme AS dan
feodalisme.
Sejarah FMN
1.
Fase membangun embrio gerakan mahasiswa
skala nasional
Akhir tahun 80-an, setelah kelompok
studi tidak mampu lagi menjadi wadah yang efektif untuk memperjuangkan
kepentingan mahasiswa dan melawan rezim tirani Soeharto, para mahasiswa yang berpikir patriotis dan demokratis kemudian
mentransformasikan bentuk organisasinya dan berhimpun dalam wadah
serikat-serikat mahasiswa. Akhir tahun 80-an hingga awal tahun 90-an adalah
masa dimana serikat-serikat mahasiswa muncul sebagai alternatif bentuk
organisasi yang maju pada waktu itu.
Dalam skala
nasional tercatat, beberapa organisasi mahasiswa pernah terbentuk waktu itu,
diantaranya adalah Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) dan Solidaritas
Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang muncul dengan identitas
nasionalnya. Namun, umur kedua organsiasi ini tidak bertahan lama seiring
dengan dialektikanya. Di luar konsolidasi organisasi nasional tersebut, masih
banyak berkembang organisasi gerakan mahasiswa tingkat
lokal ataupun kampus seperti gerakan-gerakan pro demokrasi. Organisasi yang berkembang dan di luar konsolidasi FAMI dan SMID inilah, beberapa diantaranya
kemudian membentuk jaringan nasional pada tahun 1995. Jaringan nasional inilah
yang merupakan embrio dari terbentuknya pokja Forum Mahasiswa Nasional.
Dengn tindasan rezim Soeharto yang semakin
fasis, organisasi-organisasi mahasiswa masih mengalami hambatan untuk
mengembangkan organisasinya.Sementara itu,
jaringan-jaringan organisasi mahasiswa di kampus selain dipandang cocok dengan situasi mengorganisir mahasiswa, tapi juga sekaligus
rakyat. Untuk perjuangan dan kampanye terbukanya, dibentuklah komite-komite
aksi. Komite-komite aksi mahasiswa inilah, harus diakui, merekalah yang
mengambil peranan memperjuangkan kepentingan mahasiswa di kampus dan rakyat
secara luas, bahkan menggulingkan rezim otoriter Soeharto. Dapat kita lihat
dengan letupan–letupan perjuangan massa yang terjadi di beberapa daerah, seperti aksi anti kenaikan biaya angkot
yang berujung pada tewasnya 2 mahasiswa di Makassar tahun 1996, di Bandung dan
Jakarta aksi Golput pada pemilu 1997, aksi anti SDSB, aksi anti Suharto di
Jerman,[1]
dan berbagai aksi rakyat lainnya seperti pemogokkan buruh, anti penggusuran, aksi
solidaritas petani Kedung Ombo, dan lain
sebagainya.
Di bawah bayang-bayang rezim
militeristik Soeharto, kemudian terbangun kesadaran akan pentingnya alat
perjuangan mahasiswa berskala nansional. Serikat–serikat mahasiswa di berbagai
kota kemudian menjalin kontak dan meningkatkan pembicaraan untuk membangun
organisasi mahasiswa nasional. Dimulai dari pertemuan–pertemuan informal,
diskusi antara pimpinan serikat, aksi bersama, dan serangkaian kegiataan
bersama. Hingga pada akhirnya tahun 1997 lahirlah nama Forum Mahasiswa Nasional
(FMN) sebagai identitas dari pokja yang dibangun.
2.
Fase Menghimpun Kekuatan untuk
Berjaringan (1997-1998)
Tahun 1997 merupakan tahun bersejarah
bagi FMN. Pada tahun ini, di Bandung berkumpul perwakilan komite aksi mahasiswa
dari lima kota, yaitu dari Bandung, Yogyakarta, Malang, Jombang dan Surabaya.
Dari lima kota inilah, kemudian lahir kesepakatan untuk membentuk sebuah
jaringan nasional gerakan mahasiswa yang kemudian disebut dengan Forum
Mahasiswa Nasional (FMN). Ditunjuk Zulkarnaen dari Bandung sebagai koordinator
FMN. Program yang dibuat waktu itu masih sebatas bagaimana membuat kurikulum pendidikan
bersama, komunikasi antar kota dalam hal pendidikan kader, serta mengajak
komite aksi dari kota lain untuk bergabung dalam FMN.
Pada masa ini FMN secara hakekat masih sebatas jaringan antar kota. Masih sebatas forum
komunikasi. Belum mempunyai kesamaan garis politik. Selain itu, kepemimpinan
organisasi yang dibentuk masih bersifat Pokja yang memimpin di
kota-kota sampai yang aktif terlibat menjatuhkan rejim Soeharto. Kota-kota masih menggunakan garis politikmasing-masing. Masih menggunakan identitasnya sendiri-sendiri. Dengan demikian,
komite-komite aksi yang tergabung dalam jaringan FMN telah berperan aktif dalam membuka arus demokratisasi di
era Soeharto.
Tahun 1998 Koordinator FMN diganti oleh
Adul, perwakilan dari Bandung. Usaha menarik kota-kota baru untuk bergabung
dalam FMN terus dilakukan. Hasilnya Serikat Mahasiswa Bandar Lampung (SMBL) tahun 1998 bergabung dalam FMN. Kemudian disusul
dengan Forum Komunikasi Mahasiswa Mataram (FKMM) kota Mataram pada tahun 1999, Dan Front
Mahasiswa untuk Kedaulatan Rakyat (FMKR) Palembang tahun 2000 bergabung dalam
FMN. Pokja nasional waktu itu telah berusaha dengan gigih mengembangkan basis jaringan FMN di kampus-kampus.
Kota demi kota bergabung dengan
jaringan FMN. Namun, karena tidak adanya mekanisme organisasi yang memberikan
ruang demokrasi dalam menilai perkembangan organisasi, terjadi beberapa
kemunduran dalam hal pengembangan FMN.Sehingga di tahun 1999, basis jaringan
FMN di kota-kota mengundurkan diri. Di tahun ini Serikat Mahasiswa Bandar Lampung
(SMBL) dan Serikat Mahasiswa untuk Kedaulatan Rakyat (SMKR) Yogyakarta, Komite
Mahasiswa Perjuangan Rakyat (KMPR) Jombang keluar dari jaringan FMN. Sedangkan
FORSTEP Malang mengalami perpecahan di internal yng berdampak tidak
terkonsolidasinya dalam FMN. Sedangkan
beberapa anggota Serikat Mahasiswa untuk Perjuangan Rakyat (SMPR) Surabaya
mengundurkan diri dari barisan FMN.
3.
Fase Membangun Kembali Semangat
Berorganisasi untuk Maju (2000-2002)
Keadaan organisasi yang mengalami
kemunduran di tahun 1999, melahirkan refleksi di banyak organisasi
jaringan FMN. Keinginan untuk membangun organisasi nasional sudahmulai
tertanam dan menguat dalam diri serikat-serikat di beberapa kota.
Tanggal 31 Oktober 2001, di Bandung diadakan pertemuan pokja nasional FMN yang dihadiri oleh tujuh kota, yaitu : Lampung, Bandung, Yogyakarta, Solo, Jombang, Surabaya, dan Malang.
Palembang dan Mataram tidak dapat hadir dalam pertemuan ini. Dari pertemuan ini
ditunjuk Willy Aditya sebagai koordinator pokja FMN. Dalam pertemuan
ini, sekali lagi ditekankan tentang perlunya membangun kembali
organisasi skala nasional, setelah beberapa tahun mengalami stagnansi akibat kemunduran dalam organisasi. Dalam pertemuannya mulai digagas kembali prasyarat
organisasi gerakan mahasiswa. Pertemuan ini selangkah lebih maju dari
pertemuan-pertemuan sebelumnya karena sudah mulai dirancang prasyarat kuantitas
dan kualitas FMN sebagai organisasi gerakan mahasiswa skala nasional.
Tahun 2001, FMN mempunyai jaringan
mahasiswa di Solo, Organisasinya bernama Merapi. Namun
dalam perjalanannya Merapi ini tidak berkembang, bahkan mengalami banyak
kemunduran. Aktifitas organisasinya tidak berjalan, hingga akhirnya Merapi
bubar dengan sendirinya. Tahun2001, di Yogyakarta dibuat modul
pendidikan pertama nasional untuk mempersiapkan organisasi skala nasional.
Modul pendidikan nasional dibuat secara bersama-sama untuk menyamakan pemahaman
tentang peran posisi mahasiswa, garis perjuangan, hingga bentuk pengorganisiran
dan pengembangan organisasi di semua kota. Modul inilah yang kemudian digunakan
secara nasional, menyatukan pemahaman tentang berorganisasi dan berjuang secara
nasional.
Selanjutnya di kota yang sama, pada
November 2002, diadakan Workshop Pembangunan Organisasi Nasional yang dihadiri
oleh perwakilan-perwakilan kota FMN, yaitu Padang, Palembang, Lampung, Bandung,
Yogyakarta, Purwokerto, Malang, Surabaya, Jombang, dan Mataram. Workshop
diadakan di tengah keinginan yang semakin kuat untuk membangun organisasi massa
berskala nasional yang memiliki kepemimpinan dan garis perjuangan yang tegas.
Diadakan untuk menyampaikan kegelisahan dari kader-kader di semua kota atas
praktek berorganisasi dan berjuang yang telah dijalankan. Di sinilah wacana
mempersiapkan FMN menjadi sebuah organisasi massa (ormas) berskala nasional,
yang menjadi alat perjuangan legalnya mahasiswa mengemuka. Selanjutnya,
berpegang pada hasil workshop, sedikit demi sedikit dilakukan penyamaan langgam
kerja dan standar pembangunan organisasi.Hasil workshop menjadi rujukan bagi
pembangunan organisasi di kota-kota. Mulai
tahun 2002 pula, pengenalan identitas Forum Mahasiswa Nasional di seluruh
jaringan kota-kota dilakukan. Pengenalan simbol dan identitas ini memang tidak
terjadi secara merata, namun secara bertahap dimulai dari organisasi tingkat
Kota dengan nama Komite Kota.
Tetapi, di tengah semangat untuk
merapatkan barisan dalam satu kepemimpinan, ternyata ide-ide maju tersebut
masih mendapatkan ganjalan. Di Bandung, terjadi perpecahan organisasi tingkat
kampus, yaitu KA-Unpad. Mereka yang memilih berada keluar dan menyatakan
membubarkan KA-Unpad (walaupun tidak berhasil), dan sisanya adalah yang bahwa
KA-Unpad adalah organisasi yang harus tetap eksis yang kemudian dipengaruhi
oleh alumni. Berbagai macam alasan dikemukakan diantaranya bahwa FMN menjalankan
prinsip Sendem yang diterapkan adalah Sentralisme “Diem-diem”, serta beberapa tudingan yang tidak
diselesaikan dalam forum-forum resmi.
4.
Fase Bersatu dalam Satu Barisan
(Mei-Desember 2003)
Kongres Pendirian atau Founding Kongres
FMN tanggal 18 Mei 2003, di Balai Rakyat Utan Kayu Jakarta yang merupakan satu
tonggak kemajuan gagasan, dimana semangat perjuangan nasional mulai dipatri
dalam diri anggota-anggota FMN[2].
Tidak ada lagi perjuangan yang bersifat berjejaring dan terpecah-pecah.Seluruh
komponen organisasi menyadari bahwasanya perjuangan mahasiswa skala nasional
adalah kunci atas jawaban dari kebuntuan pergerakan mahasiswa selama itu.
Inilah sumbangsih terbesar Pengurus
Komite Pusat FMN saat itu yang harus dihargai.
Kolektif Komite Pusat FMN telah mengakhiri sekian banyak konsolidasi
organisasi menjadi satu titik puncak, yaitu dideklarasikanya FMN sebagai
organisasi massa mahasiswa yang bersifat terbuka bagi seluruh massa mahasiswa
Indonesia. Kepeloporan ide dan kepemimpinan yang dibentuk waktu itu, mampu
menangkap satu keresahan dikalangan anggota. Sebanyak 700 anggota FMN dari
berbagai kota hadir dalam Kongres Pendirian organisasinya dan kemudian 740
orang anggota mengikuti aksi Nasional perdana FMN di Jakarta, di tempat
pimpinan pusatnya berada. Seluruh tenaga, pikiran dicurahkan oleh seluruh anggota FMN.
Bahu-membahu dari seluruh kota untuk mampu mewujudkan satu keinginan membangun
organisasi massa mahasiswa berskala nasional. Betapa progresif dan patriotiknya
anggota dan kesadaran yang bergelora mendapatkan organisasi yang mereka tunggu.
Pada Founding Kongres itulah, semua
level organisasi dilebur dalam satu identitas Front Mahasiswa Nasional, tidak
ada lagi Forum Mahasiswa Nasional, tidak ada lagi FMKR Palembang, SMBL di
Lampung, FIM Bandung, KIBLAT Yogya, KMPR Jombang, SMPR Surabaya, SAMUDRA
Malang, maupun FKMM di Mataram. Semua menggunakan satu identitas organisasi dan
berada di bawah kepemimpinan yang sama, yaitu Komite Pimpinan Pusat FMN.
Dideklarasikannya FMN sebagai ormas
skala nasional, berarti pula merubah bentuk organisasi serta langgam
organisasi.Tidak lagi menggunakan langgam semi legal seperti yang dulu pernah
digunakan.Hubungan mahasiswa dengan pemuda dalam “satu kamar” yang dulu melekat
pada langgam FMN mulai ditata dan dirapikan. Sudah
tidak ada lagi langgam “satu kamar” pemuda dan mahasiswa. Sejak Founding
Kongres FMN, yang ada adalah bertemunya program perjuangan FMN dengan
organisasi yang lainnya, yaitu program FMN untuk menarik dukungan dari
sebanyak-banyaknya organisasi ataupun individu dalam perjuangannya, serta
program solidaritas atau dukungan terhadap perjuangan rakyat, dari mulai buruh,
tani, kum miskin kota, perempuan, dan rakyat tertindas lainnya di Indonesia.
Pasca Founding Kongres semua anggota
bersemangat, bergairah dan bangga terhadap organisasinya. Anggota FMN terus
bertambah, basis semakin meluas, di Jakarta, Jambi dan Lamongan telah berkibar bendera FMN. Semangat
ini dirasakan diseluruh Kota FMN.Dalam perkembangannya, dilaksanakan Rakernas I
FMN dengan agenda besar membahas tentang penyusunan mekanisme-mekanisme di
dalam organisasi FMN. Kemudian pada Rakernas II FMN yang merupakan media
sementara dalam aturan organisasi yang lama digunakan sebagai bertemunya
pimpinan-pimpinan kota FMN dengan komite pusat FMN untuk melakukan evaluasi
atas pelaksanaan program di setiap level organisasi. Akan tetapi, Rakernas II
FMN menjadi klimaks dan berubah fungsinya karena sekali lagi belum tersusunnya
secara rapi tetang mekanisme organisasi. Beberapa keputusan penting dilahirkan
seperti; pendemisioneran KP FMN karena
tidak dapat berfungsi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kemudian dalam
Rakernas II membentuk Badan Persiapan Kongres FMN (BPK FMN) sebagai pengganti
KP FMN.
5. Fase Ayo Maju, Membangun Organisasi
Massa Mahasiswa Demnas sebagai Alat
Perjuanganya Mahasiswa
a.
Kongres I
Kongres I FMN merupakan momentum
bersejarah yang akan selalu dikenang oleh seluruh anggota. Momentum bersejarah
ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2004 di Metro, Bandar Lampung. Lebih dari
200 orang utusan dari berbagai daerah ambil bagian untuk membantu
mengelaborasikan pengalaman praktek di setiap kota cabang FMN. Beberapa agenda
penting dibahas dalam Kongres, diantaranya : LPJ Komite Pusat, LPJ Badan
Persiapan Kongres (BPK), pandangan umum cabang-cabang, Perumusan program
perjuangan dan AD/ART FMN, pemilihan Pimpinan Pusat beserta DPP FMN. Meskipun
terdapat bebererapa pandangan yang berbeda di dalam forum Kongres, namun
kesatuan menentukan garis perjuangan Demokratis Nasional menggema menginspirasi
semangat didirikannya FMN sebagai alat perjuangan pemuda mahasiswa. Dalam
Kongres ini dipilih komite pimpinan pusat baru yang akan memimpin organisasi
secara nasional selama 2 tahun menuju Kongres selanjutnya, dimana Hersa Krisna
Muslim ditunjuk sebagai Ketua FMN dan Seto Prawono ditunjuk sebagai Sekretaris
Jenderal. Kepengurusan baru dengan formasi badan pimpinan baru yang membawa
semangat baru FMN.
Dalam Kongres I ini seluruh peserta
kongres semakin memperterang dan menguatkan bahwa Garis Perjuangan Demokratis
Nasional merupakan tesis masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal yang
telah memberikan semangat perjuangan yang lebih jelas bagi arah perjuangan
organisasi, meskipun wacana soal garis ini teramat asing di tengah-tengah
gerakan pada waktu itu. Salah satu program dari hasil kongres ialah
mengamanatkan koferensi pendidikan FMN. Konferensi kemudian berlangsung selama
5 hari di Palembang telah menghasilkan kurikulum baku pendidikan FMN dengan
tahapan Pendidikan Penerimaan Anggota (PPA), Pendidikan Dasar Organisasi (PDO),
dan Pendidikan Kepemimpinan Organisasi (PKO). Pendidikan dipahami sebagai
pondasi tegakknya organisasi telah dilengkapi dengan kurikulumnya.
Pada periode ini pula FMN intensif
untuk menjalin komunikasi dengan gerakan rakyat di Internasional. Tahun 2005
FMN menghadiri pertemuan ILPS di Hongkong pada saat momentum kampanye anti WTO
yang tetap terbangungun sampai sekarang hubungan sampai sekarang. Dalam
pertemuan ini juga FMN mengklarifikasi beberapa komunikasi yang tidak terjalin
dengan baik yang sempat menyebabkan subjektivitas kawan-kawan gerakan
Internasional terhadap FMN. Pada momentum yang penuh semarak perjuangan anti
imperialisme, FMN resmi menjadi salah satu member ILPS di Indonesia, selain
GRI, dan PERPENI. Selain itu komunikasi juga mulai terjalin baik dengan
kawan-kawan Asiant Student Asociation (ASA). Pada masa ini tercatat, kemajuan
organisasi mengembangkan ekspansi dengan berdirinya FMN di Cabang Medan dan
Denpasar.
b.
Kongres Nasional II
Kongres II FMN dilaksanakan pada bulan
Agustus 2006, di Kota Lembang, Bandung – Jawa Barat dengan tema “Pertahankan
dan Kembangkan keberhasilan yang diraih, Perbaiki Kesalahan serta Kekuarangan
untuk Memajukan Perjuangan Massa”. Di isi dengan Pandangan LPJ DPP FMN,
Pembuatan Program dan Pemilihan DPP FMN. Gerakan Pembetulan sekali lagi di
deklarasikan untuk memperbaiki metode kerja organisasi, dimana semangat
memajukan teori dan praktek, Bertalian erat dengan massa, serta menjalankan
Kritik Oto Kritik bisa menjadi bagian dari keseharian anggota FMN di seluruh
nasional. Pada akhirnya Kongres II ini menghasilkan resolusi-resolusi tentang
pekerjaan politik dan Organisasi, program perjuangan, konstitusi, dan
kepengurusan DPP FMN. Pada Kongres II ini, bendera FMN dengan dasar merah
dengan bintang warna emas 5 buah yang salah satunya bintang besar
ditengah-tengah diganti dengan bendera warna dasar putih dengan tulisan FMN
warna merah miring menuju ke satu bintang emas. pimpinan pusat dengan fomasi
baru dimana Ridwan Lukman terpilih sebagai Sekretaris Jenderal pada waktu itu.
Di tengah kepengurusan komite pimpinan
pusat yang baru ini beberapa kemajuan diperoleh. Diantaranya berdirinya FMN di
Pontianak, Makasar, Bojonegoro, Manado dan Bangka Belitung. Pada peiode ini
beberapa kolektif DPP dan CA DPP FMN mengambil pilihan berani dengan
menerjunkan dirinya di gerakan rakyat, dari 27 Anggota sebanyak 12 orang terjun
membangun organisasi rakyat. Sebuah keberanian yang patut menjadi suri tauladan
bagi kemajuan perjuangan demokratis nasional di Indonesia. Pada pleno V
Jogjakarta Sekretaris Jenderal FMN digantikan oleh Nurshohib Anshary dengan
formasi pimpinan pusat yang berubah juga. Dibawah kepemimpinan komite baru ini
roda perjalanan organisasi sampai pada terlaksananya Kongres III FMN di
Mataram.
c.
Kongres Nasional III
Kongres yang ke 3 FMN dilaksanakan di
Mataram – NTB pada Maret 2009. Semangat baru dengan tema “Tegakkan
Perjuangan Pemuda Mahasiswa Untuk Menyokong Sepenuhnya Perjuangan Buruh dan
Tani dengan Memperkuat, Memperbesar Organisasi serta Memperluas Pengaruh
Politik di Tengah Massa”. Dihadiri oleh 20 Perwakilan cabang di seluruh
Indonesia (Medan, Jambi, Palembang, Lampung, Bangka Belitung, Jakarta, Bandung,
Purwokerto, Jogjakarta, Wonosobo, Surabaya, Jombang, Malang, Denpasar, Mataram,
Lombok Timur, Makasar, Palu, Manado, dan Pontianak). Pada kesempatan ini
dipilih formasi DPP baru yang selanjutnya memilih Nurshohib Anshary sebagai
Koordinator DPP FMN dan juga Sekretaris Jenderal PP FMN. Namun dalam rapat
Pleno DPP IV di Bandung tahun 2010, pergantian Sekretaris jenderal dari
Nurshohib Anshary ke Harry Sandy Ame. Sementara Agenda dalam Kongres III ini
adalah LPJ DPP Periode yang terpilih Kongres II, menetapkan program perjuangan
(politik dan organisasi), serta memilih DPP FMN.
d.
Kongres IV
Kongres IV FMN dilaksanakan pada bulan
Maret 2014 yang diadakan di Jakarta. Melalui tema “ Betulkan cara kerja dan
intensifkan kerja massa untuk memperkuat organisasi sebagai alat perjuangan
massa mahasiswa (bersama rakyat)”. Tema ini diambil dari penilaian
perkembangan FMN kurun waktu 2009-2014 yang dituntut untuk menjadi ormass
mahasiswa demokrasi nasional yang mampu menjadi alat perjuangan mahasiswa di
kampus. Sebagai ormass mahasiswa, selayaknya FMN mampu menjalankan tugas-tugas
mengorganisasikan, membangkitkan dan menggerakan massa mahasiswa dalam hal
memperjuangkan hak-hak demokratis atas pendidikan dan lapangan kerja. Di sisi
lain, Kongres IV menegaskan kedudukan ormass
mahasiswa FMN yang akan memegang prinsip persatuan untuk bertalian erat dengan
perjuangan rakyat terutama aliansi dasar buruh dan tani.
FMN juga dalam kongres IV ini, dituntut
untuk dapat menjadi Ormass mahasiswa dengan garis perjuangan demokrasi nasional
yang mampu membetulkan cara atau metode kerja dengan menyesuaikan perkembangan
organisasi dan terutama dengan perkembangan massa mahasiswa di Indonesia
(segaris massa). Sebab perjuangan demokrasi nasional akan tegak dan besar di
kampus, bilamana FMN mampu mengkorelasikan pengorganisiran dengan perkembangan
kondisi objektif massa mahasiswa di kampus dan kondisi rakyat, yang memajukan
kesadaran setahap demi setahap. Dengan demikian, barulah FMN dapat menjadi
ormass mahasiswa yang besar, kuat dan populis di Indonesia.
Kongres IV FMN dihadiri
peserta/perwakilan dari 19 cabang (5 Cabang tidak hadir). Dalam Kongres ini
yang menjadi agenda pembahasan yakni; LPJ DPP, Penetapan Program perjuangan,
penetapan perubahan konstitusi, penetapan perubahan kurikulum pendidikan, serta
pemilihan DPP FMN 2014-1016. Setelah Kongres IV selesai, kemudian dilanjut
dengan Rapat Pleno I DPP FMN dengan memilih kawan Rachmad P Panjaitan sebagai
Ketua dan Badarudin sebagai Sekretaris Jenderal dalam Pimpinan Pusat FMN.
I.
Karakter
Ormass Mahasiswa Demnas
Dari sejarah perkembangan rakyat Indonesia, maka FMN menyimpulkan bahwa saat ini rakyat Indonesia berada dalam penindasan setengah jajahan
dan setengah feodal (SJSF). Sebagai negeri SJSF, Indonesia berada dalam
dominasi Imperialisme dan feodalisme
sebagai basis sosial. Persekutuan imperialisme dan feodalisme telah membentuk
pemerintahan diktator bersama antara klas borjuis komparador,
tuan tanah besar dan kapitalisme birokrat.
Berdasarkan hal itu, maka karakter
perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia
saat ini adalah Perjuangan Demokratis Nasional.Yaitu
perjuangan bersifat demokratis untuk menghancurkan secara politik dan
ekonomi serta budaya penindasan Feodalisme. Bersifat Nasional untuk
menghancurkan secara politik, ekonomi dan budaya dari penghisapan Imperialisme.
Sedangkan Tujuan Perjuangan demokratis nasional adalah perjuangan rakyat Indonesia untuk menghancurkan
imperialisme dan feodalisme untuk
menciptakan masyarakat di mana tidak ada penekanan atas kemajuan tenaga
produktif, sekaligus mengukuhkan identitas kebangsaan yakni identitas
masyarakat yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi.
II. Program
Perjuangan FMN[3]
Program Perjuangan adalah program yang
dijalankan oleh organisasi sebagai jawaban atas situasi kehidupan pemuda
mahasiswa di Indonesia. Kehidupan pemuda mahasiswa
yang buruk dan tanpa masa depan akibat sistem masyarakat setengah jajahan dan
setengah feodal di Indonesia saat ini.
Negararepublik Indonesia dibawah kekuasaan borjuasi komprador, tuan tanah dan
kapitalis birokrat, telah terbukti dalam
menghancurkan kehidupan kaum pemuda Indonesia. Masalah pendidikan
telah menjadi arena komersialisasi dari klas-klas reaksi dan golangan kapitalis
birokrat yang anti rakyat.Tujuan pendidikan telah melenceng jauh dari cita-cita
mulianya untuk membebaskan manusia Indonesia
dari penjajahan Imperialisme dan Feodalisme
yang terbelakang. Namun pendidikan
masih
ditujukan untuk merawat dan melanggengkan sistem usang setengah jajahan dan
setengah feodal yang telah terbukti menindas dan menyengsarakan
rakyat Indonesia.
FRONT MAHASISWA NASIONAL (FMN) sebagai
salah satu organisasi massa mahasiswa,
merumuskan program perjuangan dengan mendasarkan pada persoalan dan kepentingan
mahasiswa secara khusus, pemuda dan rakyat Indonesia secara umum. Masalah
pendidikan dan lapangan pekerjaan menjadi persoalan utama bagi pemuda mahasiswa
saat ini. Oleh karenanya, FMN harus terus melakukan
kerja massa dengan membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakan pemuda
mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingan sosial
ekonomi massa. Namun dalam perjuangan sosial
ekonomi, tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan secara politik dan
kebudayaan. Program perjuangan FMN meliputi 2 hal yaitu pertama, Program
umum yang menjelaskan;
- FMN ambil bagian aktif untuk memobilisasi pemudamahasiswa dalam perjuangan rakyat, untuk membebaskan diri dari belenggu imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrasi menuju Indonesia yang merdeka dan demokratis sepenuhnya.
- FMN berjuang dan mengabdi pada kepentingan rakyat, khususnya buruh dan tani sebagai klas dasar dalam menggerakkan dan memimpin perubahan fundamental di Indonesia.
- FMN bersama rakyat Indonesia memperjuangkan lahirnya sistem pendidikan nasional yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat .
Sedangkan kedua FMN mempunyai
Program khusus yang menyangkut perjuangan di lapangan Politik, Ekonomi dan
kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar